Pages

  • Add to Facebook
  • Add to Digg
  • Add to Twitter
  • Add RSS Feed

Minggu, 16 Januari 2011

Metode Belajar Bruner dan Vygotsky

 BAB I
METODE BELAJAR BRUNER

A. Pendahuluan

Banyak teori yang menjelaskan tentang apa itu belajar. Dan bagaimana cara penerapan dari belajar itu sendiri. Jerome Bruner merupakan seorang ahli psikologis dari Harvard University, Amerika Serikat. Yang mempelajari bagaimana seorang manusia memperoleh, menyimpan dan mentransformasikan pengetahuan.
Menurutnya belajar merupakan proses aktif yang memungkinkan manusia menemukan hal yang baru diluar yang telah diberikan kepada dirinya.
Misalkan seorang siswa yang belajar tentang bilangan prima akan menemukan berbagai hal penting dan menarik tentang bilangan prima walau pada awalnya cuma diberikan sedikit informasi tentang bilangan prima oleh gurunya.
Ada 3 bagian penting dari Teori Bruner , yaitu (1) Tahap dalam Proses Belajar, (2) Teorema Bagaimana Belajar dan Mengajar Matematika, (3) Pendekatan Spiral Pembelajaran Matematika



(1) Tahap dalam Proses Belajar

Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Menurut Bruner, apabila seseorang mempelajari suatu pengetahuan (misalnya saja suatu konsep matematika) maka pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap tertentu agar pengetahuan dapat diinternalisasikan oleh dalam pikiran, hal ini akan optimal jika pengetahuan itu dipelajari dalam tiga tahap, yaitu :
  • Tahap Enaktif, yaitu : suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda kongrit atau situasi yang nyata.
  • Tahap Ikonik, yaitu : tahap pembelajaran yang di presentasikan dengan bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan atau kongrit yang pada tahapan enektif
  • Tahap Simbolik , yaitu : tahap pembelajaran di presentasikan dalam bentuk simbol abstrak (abstrack symbol), yaitu simbol arbiter yang berdasarkan kespakatan orang dalam suatu bidang yang bersangkutan.
Contoh penerapan proses belajar :
Misalkan saja dalam mempelajari bilangan cacah, mulanya siswa diajari dengan menggunakan benda kongrit ( misalkan gabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng lalu hitung banyak kelereng semuanya). Lalu dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3 dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (lalu dihitung dengan menggunakan gambar tersebut). Lalu terakhir dilanjutkan dengan menggunakn lambang, yaitu 3 + 2 = 5.

(2) Teorema Bagaimana Belajar dan Mengajar Matematika

Berdasarkan hasil eksperimen dan obsirvasi yang dilakukan Bruner dan Kenney, pada tahunn 1963, maka ada empat prinsip cara belajar dan mengajar matematika, yaitu :
a. Teorema Kontruksi (Contruction Theorem)
Cara yang paling baik bagi seorang siswa dalam mempelajari matematika dengan mengkonstruksi sebuah reprentasi dari konsep atau prinsip tersebut. Siswa yang lebih dewasa mungkin bisa memahami suatu konsep atau prinsip dalam matematika dengan hanya menganalisis representasi yang disajikan oleh guru mereka. Sedangkan bagi siswa kebanyakan khususnya siswa yang lebih muda, proses belajar akan lebih baik jika para siswa mengkontruksi sendiri representasi dari apa yang telah dipelajari hal ini bertujuan agar mereka lebih mudah menemukan konsep atau prinsip yang terkandung dalam representasi, sehingga selanjutnya mereka akan mudah mengingat hal tersebut dan dapat mengaplikasikan dengan hal-hal yang sesuai.
b. Teorema Notasi (Notation Theorem)
Representasi akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika dalam representasi tersebut digunakan notasi yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
Contoh :
“Tentukan sebuah bilangan yang jika ditambah 3 hasilnya adalah 8.”
Untuk sekolah dasar lebih tepat jika diberikan soal lalu direpresentasikan dengan bentuk ... + 3=8.
Sedangkan untuk anak sekolah menengah lebih sesuai direpresentasikan dengan, x + 3 =8.
c. Teorema Kekontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem)
Dalam teorema ini dikemukakan bahwa konsep matematika akan mudah dipahami oleh siswa jika konsep tersebut dikontraskan dengan konsep yang lain.
Contoh :
Pemahaman siswa tentang konsep bilangan prima, akan lebih baik jika dikontraskan dengan bilangan yang bukan bilangan prima.
Dengan membandingkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, perbedaan dan hubungan ( jika ada) antara konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi jelas dan akan lebih baik jika di kombinasikan dengan contoh yang bervariasi
d. Teorema Konektivitas (Connectivity Theorem)
Di sini dijelaskan bahwa setiap konsep, prinsip dan setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep, prinsip dan setiap keterampilan yang lain. Hal ini membuat struktur dari setiap cabang matematika menjadi jelas.

(3) Pendekatan Spiral Pembelajaran Matematika

Disebabkan oleh adanya peningkatan taraf kemampuan berpikir siswa sesuai dengan perkembangan kedewasaan mereka perlu digunakan pendekatan spiral, Maksudnya, suatu materi matematika tertentu seringkali diajarkan beberapa kali pada siswa yang sama selama kurun waktu siswa tersebut berada di sekolah , tetapi dari saat pembelajaran yang satu ke yang lain terjadi peningkatan kompleksitas dan keabstrakan dari materi yang dipelajari.
Contoh :
Suatu saat siswa SMP mempelajari fungsi daerah asal dan daerah kawannya berupa himpunan yang berasal dari kehidupan sehari-hari, dan system notasi yang masih sederhan, kemudian hari setelah itu dia mempelajari lagi pelajaran yang sama tetapi dengan melibatkan daerah asal dan daerah kawan yang berupa himpunan bilangan, dengan sistem notasi yang lebih formal

B. Dalil yang berkaitan dengan pembelajaran matematika

Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
Keempat dalil tersebut adalah
  1. Dalil penyusunan                                                                                                                           Dalil penyusunan menyatakan bahwa cara terbaik bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Ketika siswa mengalami kesulitan mendefinisikan suatu konsep, seyogyanya guru memberikan bantuan secara tidak final sehingga bentuk akhir dari konsep ditemukan oleh siswa sendiri. Misalkan seorang guru akan menyampaikan konsep daerah hasil fungsi kuadrat. Jika guru tersebut berpedoman pada dalill penyusunan dari Bruner, maka guru tersebut akan memberikan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan daerah hasil fungsi kuadrat. Masalah-masalah khusus tersebut kemudian diselesaikan oleh anak dengan bantuan secara tidak langsung dan tidak final. Selanjutnya dengan menggunakan cara- cara yang sama, anak dimotivasi untuk menemukan daerah hasil fungsi kuadrat dalam bentuk umum.
  2. Dalil notasi                                                                                                                                         Dalil notasi menyatakan bahwa notasi matematika yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak (enaktif, ikonik, dan simbolik). Kita dapat memilih notasi y = 2x + 3 untuk anak SMP dari pada notasi f(x) = 2x + 3 dan notasi = 2 + 3.
  3. Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman                                                                                      Dalil pengkontrasan dan keaneragaman menyatakan bahwa suatu konsep harus dikontraskan dengan konsep lain dan harus disajikan dengan contoh-contoh yang bervariasi. Misalnya, konsep bilangan ganjil dikontraskan dengan bilangan genap, penyajian lingkaran senggunakan roda sepeda, permukaan piring dan sebagainya.
  4. Dalil pengaitan                                                                                                                               Dalil pengaitan menyatakan bahwa agar anak berhasil dalam belajar matematika, anak tersebut harus diberikan kesempatan untuk mengaitkan antara suatu konsep dengan konsep lain, antara suatu topik dengan topik lain, antara suatu cabang matematika dengan cabangan cabang matematika lain. Misalnya, terdapat kaitan antara konsep fungsi kuadrat dengan konsep jarak dari sebuah titik ke sebuah garis. Jarak dari sebuah titik ke sebuah garis secara analitik dapat dicari dengan menggunakan konsep fungsi kuadrat.

C. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
  1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.                                    Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
  2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.                                      Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
  3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
  4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.



BAB II
METODE BELAJAR VYGOTSKY

A. Pendahuluan

Vygostsky adalah seorang sarjana Hukum, tamat dari Universitas Moskow pada tahun 1917, kemudia beliau melanjutkan studi dalam bidang filsafat, psikologi, dan sastra pada fakultas Psikologi Universitas Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun 1925 dengan judul disertasi “The Psychology of Art”. Dengan latar belakang ilmu yang demikian banyak memberikan inspirasi pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa, psikology pendidikan, dan berbagai teori pembelajaran. Vygotsky wafat pada tahun 1934.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga.
Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:

  1. Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
  2. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
  3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

B. Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.
Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang megembangkan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem poshing.
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
Berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide;

  1. Bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000)
  2. Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu berkembang (Ratner dalam Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan.
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Vygotsky

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
  1. Pembelajaran sosial (social leaning). Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran   kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap;
  2. ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
  3. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;
  4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka.

0 komentar:

Posting Komentar